Senin, 03 September 2012

contoh laporan



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar belakang
            Ilmu ukur tanah atau Geodesi bertujuan mengukur bagian-bagian dari permukaan bumi, kalau panjang bagian tidak melebihi kira-kira 50 km, maka pekerjaan tersebut disebut Geodesi rendah. Pada Geodesi rendah yang dipentingkan hanya penentuan titik-titik dari tingkat rendah, sehingga titik itu dapat dibayangkan dan digambarkan pada suatu bidang datar yaitu peta.
Praktek ilmu ukur tanah (Geodesi) kali ini Mahasiswa dituntun untuk dapat mengetahui lebih mendetail lagi tentang pengukuran tanah dan juga penentuan poligon yang ideal sesusai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh Lembaga Politeknik Negeri Lhoksuemawe.
a)  Jarak
Dapat diukur dengan menggunakan mistar, meteran, dan alat optis (seperti waterpass dan theodolit ).
b) Ketinggain
Dapat diukur dengan menggunakan water pass (alat penyipat datar ).
c)  Sudut
Dapat diukur dengan alat theodolite.
Prinsip dasar pengukuran yaitu :
-          Perlu adanya pengecekan yang terpisah tidak cukup hanya satu kali pengukuran.
-          Tidak ada kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
1.2       Tujuan Praktek dan Manfaat Praktek
Adapun tujuan Praktek mengukur tanah adalah :
1.      Menentukan beda tinggi permukaan tanah dengan menggunakan Theodolite dan Water Pass.
2.      Membuat garis kontur berupa peta dari sebidang tanah.
3.      Membuat profil pada suatu poligon untuk menetukan beda tinggi pada permukaan tanah, diantaranya profil memanjang dan profil melintang.
4.      Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menetukan sudut bangunan yang nampak dan diterjemahkan dalam bentuk data dan dalam bentuk gambar.
            Adapun manfaat praktek ilmu ukur tanah adalah :
1.      Setiap mahasiswa dapat menggunakan alat theodolit
2.      Mahasiswa juga dapat menghitung jarak optis dan beda tinggi
            Lokasi Pada Saat praktek
            Lokasi praktek berada dilingkungan Politeknik negeri Lhoksuemawe, yang mempunyai dataran, tanjakan (perbukitan) dan turunan yang sangat baik sehingga Mahasiswa bisa mendapatkan ilmu yang lebih terarah dan bisa beradaptasi dengan lingkungan untuk masa yang akan datang.
            Dalam praktek ilmu ukur tanah (Geodesi) kali ini mahasiswa dituntun untuk dapat mengetahui lebih mendetail lagi tentang pengukuran dan juga penentuan poligon yang ideal sesuai dengan kurikulum yang telah dutentukan oleh Lembaga Politeknik Negeri Lhokseumawe. Ruang lingkup dalam pelaksanaan praktek ini banyak mentitikberatkan pada :
§  Penentuan sudut poligon.
§  Penentuan sudut bangunan.
§  Penentuan garis kontur.
§  Penentuan titik profil.
§  Penentuan kedataran tanah (water pass).
§  Penentuan dengan jarak bentangan (substancbar).
BAB II
DASAR TEORI
2.1       Ukuran Panjang    
Sebagai dasar ukuran panjang diambil meter internasional atau meter standar yang disimpan di Bereau Internasionale des Poids et Mesures Bretuil dekat Paris. panjang meter standar itu ada seper sepuluh juta panjang meridian  dan merupakan jarak antara dua garis pada kedua ujung meter standar.
             Karena meter standar dibuat dari logam, maka panjang meter standar akan dipengaruhi oleh suhu dan keadaan lain dari udara. Maka pada konferensi ukuran dan berat internasional pada tahun 1927 ditentukan panjang 1 meter dengan menggunakan panjang gelombang garis merah pad spektrum kadmium dalam udara yang kering, suhu sebesar 15 c dan tekanan udara sebesar 760 mm tinggi air-rasa. gelombang garis merah kadmium ada  = 0,643,846.96
a.          Luas
Ukuran luas yang digunakan pada ilmu ukur tanah adalah :
1 m; 1a(are)=100m;1 ha (hektare)=10.000m dan 1 km=10m.
2.1              Penentuan Letak Tititk-Titik
Bila harus menentukan tempat beberapa titik dan titik-titik itu semuanya letak diatas satu garis lurus, maka tempat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan jarak dari suatu titik yang letak diatas garis lurus itu pula. Titik yang diambil sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol.
Karena titik-titik dapat diletakkan disebelah kiri dan sebelah kanan titik 0, maka haruslah diberi tanda kepada jarak-jarak untuk dapat membedakan dua macam jarak.
Umunya kepada titik-titik yang letaknya disebelah kanan titik 0, diberi jarak dengan tanda positif dan kepada titik yang letaknya disebelah kiri titik 0, diberi jarak dengan tanda negatif.
            Cara kedua untuk menentukan tempat suatu titik ialah dengan menggunakan suatu titik P yang tentu dan garis lurus PQ yang tentu pula. Maka tempat suatu titik A ditentukan dengan jarak titik itu dari titik P dan dengan sudut  yang dibuat oleh PA dan PQ.
2.2              Water Pass
            Instrumen (teropong) untuk survey pengukuran sifat menggunakan beberapa macam lensa  dalam sebuah instrumen. Sebuah instrumen yang merupakan gabungan beberapa lensa dengan berbagai macam sinar dari target yang masuk menerobos lensa kemata, namun dalam kontruksi yang baru, instrumen terdiri dari dua tabung yaitu:
  • Tabung objektif dengan lensa objektif.
  • Tabung okuler dengan lensa okuler (dapat keluar masuk tabung objektif)
2.2.1        Jenis Alat Ukur Penyipat Datar
      Jenis alat ukur penyipat datar secara umum dapat dibagi tiga kelompok utama yaitu:
            Dumpy level
 Dumpy level adalah alat sifat datar yang ditempatkan pada suatu tonggak dengan ujung silinder sehingga dapat mudah diputar.
 Dumpy Nivo tabung, berpungsi untuk mengatur kedudukan  instrument pada kedudukan level.
  • Garis bidik
  • Plat segitiga, sebagai landasan utama yang rata, ditempatkan diatas puncak skrup untuk pendataran dan merupakan barisan penyangga kedudukan pengukur.
  • Skrup pengatur (bidik halus)
  • Landasan tripod, suatu dasar yang datar sebagai tempat alat digabungkan dengan kaki.
2.2.2        Bagian-bagian instrument water pass
       Instrument water pass mempunyai beberapa bagian yaitu:
a)      Bagian utama untuk pendataran.
Seperti halnya pada bagian sifat datar kekar bagian ini dibuat sama terdiri atas tiga komponen yaitu:
-          Landasan kaki.
-          Peralatan untuk pengaturan.
-          Fribrarc.
b)      Teropong
Sebagai suatu sifat dasar ungkit, maka teropong tidak digabungkan dengan fribrarch secara kaku tetapi teropong tersebut disangga oleh suatu pancang putar ditengah-tengahnya.
c)      Nivo tabung.
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong yang berfungsi.
d)     Sifat Dasar Otomatis.
.           Dalam alat ukur sifat datar otomatis,garis bidik didatarkan secara otomatis (dalam batasan tertentu) dengan memakai suatu alat kompensator optis yang tergantung pada suatu bandul yang dislipkan kedalam berkas dari sinar melalui teropong.
e)      Prinsip Dasar  Dari Kompensator
      Penempatan instrument dilapangan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
-          instrument diletakan diantara dua titik yang kan diukur beda tingginya.
-          Intrument diletakkan diantara dua titik yang dicari beda tingginya dengan membidiknya kedua titik dan dihimpitnya.
-          Instrumen diletakkan diluar titik yang dihitunbg beda tingginya.
2.2.3        Pembacaan Instrument Water Pass
Pembacaan instrument water pass dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a)      Membidik dan membaca bak ukur.
1.      Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan pertikal pada suatu titik (patok) yang telah ditentukan dengan menggunakan garis bidik yang  ada dalam alat.
2.      Bila bayangan kabur perjelas dengan menggunakan sekrup atau memutar lensa objektif (fokus) sedangkan benang silang perjelas denganmemutar sekrup pengatur diafragma.
3.      Himpitkan benang diafragma dengan sumbu bak ukur,dengan cara mengatur sekrup diafragma dengan sektup penggerak halus.
4.      lakukan pembacaan sebagai berikut :
Misalnya
-          Benang Atas (BA)      = 0,850
-          Benang Bawah (BB)   = 0,350
-          Benang Tengah (BT)   =0,600
5.      Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
BA+BB = 2 BT , atau
BA-BT  =  BT-BB
6.      Untuk memadatkan jarak optis digunakan rumus :
Jarak optis = (BA – BB)x 100 Sin2 sudut zenith/vertikal.
Dimana :
BA = Benang atas
BB =  Benang bawah
BT = Benag tengah
b)     Membaca Skala
1.      Perhatikan pembagian skala lingkaran pada instrument tersebut.
2.      tiap 10 0  dibagi menjadi 10, berarti tiap bagian adalah 10 .
3.      Baca skala lingkaran yang ditunjukkan oleh garis indeks, misalnya indeks menunjukan pada puluhan 600  dan antara 5 dan 6 setiap bagian kecil berarti pembacaan menjadi 650  .
4.      Harga bacaan menit dikra-kirakan sesuai letak garis indeks, misalnya garis indeks terletak atara 5 dan 6 berarti 1 /2 0  /300  .
5.      Pembacaan sekarang menjadi : 600  + 50  + 1 /2 0  = 650  3000.
Data-data  yang diperoleh berupa beda tinggi, jarak belakang, jarak muka. Data beda tinggi diatas permukaan laut yang semua itu ditunjukan untuk membuat profil memanjang dan profil malintang. Profil memanjang yaitu irisan tegak lurus lapangan, tegak lurus sumbu proyek.
2.2.4        Alat dan perlengkapan Water pass
a.       Instrument water pass
 Untuk membaca pengukuran beda tinggi, kontur, dan lainnya.
b.      Tripod (kaki tiga)
 Untuk meletakkan water pass / theodolite.
c.       Unting-unting
 Untuk mengukur ketegakan dan keseimbangan alat water pass ataupun theodolite pada patok yang telah ada.
d.      Bak ukur / rambu ukur.
Untuk membaca tinggi rendahnya permukaan tanah.
e.       Meter gulung ( 100 m)
Untuk mengukur antara patok satu dengan yang lainnya
f.       Jalon
Untuk pengukuran profil baik melintang  atau pun memanjang yaitu untuk penandaan patok.
g.      Patok.
Untuk menandakan titik-titik yang akan diukur.
h.      Palu 5 kg
Untuk memukul patok kedalam permukaan tanah.
i.        Alat tulis
Untuk menulis data yang diperoleh dilapangan.
2.3              Profil
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mendetail untuk mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan  ketinggian tanah secara jelas yang kemudian dapat digambarkan beda tinggi tanah yang diukur dari ketinngian laut, pada pengukuran ini kita dapat melihat letak perbukitan dan turunan secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya. Pengukuran profil juga bertujuan untuk mengetahui dimana tanah yang harus dipotong dan dimana bagian tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk mendapatkan permukaan tanah yang datar yang kemudian akan dibangun sebuah kontruksi bangunan.
2.3.1        Bentuk Profil
A.            Profil Memanjang
Bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah memanjang pada poligon.
B.             Profil Melintang
Bertujuan untuk mengetahui  beda tinggi permukaan tanah dalam arah melintang pada poligon.   
            Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon ysng diukur dari permukaan laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam pekerjaan Teknik Sipil. Semua proyek sipil yang vital diperlukan data yang akurat untuk mengetahui keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu didakan pengukuran keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tersebut digunakan sebagai Instrumen untuk keadaan lapangan. Instrumen terlebih dahulu harus diperikasa kelengkapannya sehingga data yang diperolehtidak menimpang.
           
Dengan mempelajari dan melakukan peraktek pengukuran tanah (surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut. Pengukuran tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi tanah, pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan dlam pengukuran yang pada dasarnya menitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunakan menurut ketelitian dalam menggunakannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas, karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya kecil.
BAB III
PRAKTEK LAPANGAN
3.1 Membuat Garis Lurus Di Lapangan
Dengan adanya pengujian ini, kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan suatu garis di lapangan. Kita dapat mengenal dan menggunakan alat-alat untuk membuat garis di lapangan. Kita dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan. Kita dapat memperpanjang garis lurus di lapangan. Kita dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung. Serta kita dapat menetukan titik potong antara du garis lurus di lapangan.
3.2 Menentukan Titik Dilapangan
            Untuk pekerjaan mengukur, baik pengukuran jarak maupun pengukuran sudut, diperlukan titik dilapangan. Titik diatas permukaan bumi ini ada yang mempunyai sifat tetap, ada pula yang mempunyai sifat sementara. Titik-titikyang dibuat dilapangan harus dapat diketemukan denagan mudah.
            Titik-titik yang berisfat tetap, sehingga selalu dapat digunakan untuk pengukuran-pengukuran adalah :
1.  titik-titik triangulasi yang dibuat didalam daerah yang besar seperti di indonesia untuk tiap-tiap pulau.
2.  titik-titik poligon yang dibuat pada daerah yang kecil seperti didalam kota-kota.
Titik yang bersifat sementara diperlukan pada waktu pengukuran, sebagai titik-titik penolong : titik-titik ini diberi tanda dengan kayu sebesar 5x5 cm, 10x10 cm 15x15 cm yang ditanam didalam tanah sedalam 0,50 ā 0,75 m. kayu-kayu ini dinamakan patok diberi tanda dengan cat warna orange yang menyatakan tempat titik patok itu.
         
          Supaya titik itu dapat kelihatan dari titik lainnya pada waktu dilakukan pengukuran maka dapatlah digunakan beberapa cara seperti menggunakan sebatang kayu yang panjangnya 2 sampai 3 m dan mempunyai lingkaran atau segitiga sebagai penampang. Pada tiap-tiap10 m diberi warna orange, sehingga dapat dilihat dari jauh.
3.2     Pemasangan Patok
3.2.1 Dasar Teori
Pada pemasangan patok perlu diketahui titik awal daerah yang akan di pasang, tiap satu kelompok memasang patok berjumlah sepuluh buah patok arah memanjang dengan jarak yang sama. Jarak pemasangan patok terbagi antara tiga arah, arah memanjang, kesamping kiri, dan kesamping kanan. Titik-titik pengukuran yang dibuat pada praktikum adalah bersifasst sementara, dan harus diketemukan dengan dengan mudah .
    Tiap titik yang memanjang diberi ukuran 10 m antara satu titik dengan yang lainnya, sedangkan untuk titik yang yang kesamping kiri berukuran tidak menentu, tetapi pada dasarnya berukuran 10 m juga. Hal tersebut dilakukan karena keadaan dilapangan tidak mendukung untuk dibuat ukuran 10 m. pada titik yang kekanan juga tidak menentu.
3.2.2 Tujuan Pemasangan Patok
Ø  Untuk memudahkan pada saat dilakukan pungukuran dengan alat theodolit dan rambu.
Ø  Mengetahui jarak pengukuran.
3.2.3 Peralatan Dan Bahan
§ Patok
§ Paku
§ Palu
§ alat tulis/cetakan
§ Unting-unting
§ Mesin gergaji potong
§ Pita ukur
3.2.4 Keselamatan Kerja
§ Praktek harus memakai seragam praktikum/pakaian kerja.
§ Mahasiswa harus memakai topi proyek
§ Praktek harus menyiapkan P3K
§ Membawa Payung
3.2.5 Langkah Kerja
§ Patok dibuat dari balok kayu ukuran 5/7 cm
§ Patok dipotong dengan panjang 30-40 cm
§ Kemudian patok ditancapkan pada titik-titik yang telah ditentukan di atas dengan jarak antar patok 10 meter.
§ Kelurusan patok ditentukan melalui pandangan mata salah satu anggota kelompok.
§ Setelah semua patok ditancapkan, patok di_cat semprot dengan warna yang berbeda pada masing-masing kelompok
§ Diatas patok dipakukan paku payung
§ Patok siap untuk penandaan titik untuk diukur.
3.3 Mengukur Beda Tinggi
3.3.1 Tujuan.
Setelah melakukan pengukuran beda tinggi ( elevasi ), mahasiswa diharapkan dapat :
Ø  Menggunanakan alat instrument ( Waterpass ) dengan baik
Ø  Mengetahui teknik-teknik pembacaan benang-benang waterpas
Ø  Mampu Menghitung jarak dan beda tinggi setiap titik
3.3.2        Peralatan dan bahan
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam mengukur beda tinggi ini antara lain :
Ø  Instrument Water pass
Ø  Kaki tiga (trypot)
Ø  Bak Ukur (rambu)
Ø  Meteran 50 meter
Ø  Meteran 100 meter
Ø  Payung
Ø  Kayu patok
Ø  Cat Semprot
Ø  Alat tulis
3.3.3        Langkah Kerja
Ø  Tentukan elevasi titik asal dengan mengguanakan Gps
Ø  Letakkan kaki tiga (trypot) diatas patok 1 dan patok 2, kemudian letakkan instrument water pass
Ø  Turunkan unting-unting dari bawah water pass
Ø  Tarik pita ukur dari salah satu patok 1 atau patok 2, kemudian arahkan pita ukur ke ujung unting-unting dan catat jarak pada pita ukur.
Ø  Set nivo, untuk mengeteahui keseimbangan alat, kemudian putar searah jarum jam sebesar 90o, apabila sudah seimbang putar kembali searah jarum jam sebesar 180o dan apabila sudah seimbang putar lagi searah jarum jam sebesar 360o.
Ø  Salah satu anggota kelompok bersiap untuk memegang bak ukur dan meletakkannya ke tanah tepat di sebelah patok 1, sedangkan satu orang lagi  meletakkan bak ukur disebelah patok 2.
Ø  Arahkan lensa objek ke arah bak ukur pada patok 1 (belakang) dan baca nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Misalnya        : Benang Atas (BA)          = 1460
                       : Benang Bawah (BB)      = 1300
                       : Benang Tengah (BT)      = 1140
Ø  Putar lensa objek ke arah bak ukur pada patok 2 (muka) dan baca nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah pada bak ukur.


 

Ø  Pindahkan insrtumen waterpass dan kaki tiga diantara patok 2 dan 3.
Ø  Lakukan langkah-langkah di atas untuk mengetahui nilai-nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah pada bak ukur untuk patok-patok berikutnya sampai diketahui nilai-nilai tersebut untuk setiap patok.
Ø  Penentuan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
BA + BB = 2 BT, atau
BA – BT = BT – BB
Menghitung Jarak Optis
Jarak optis = (BA-BB) x 1000
Mengukur Tinggi Alat
Tinggi Alat = ( Elevasi titik awal + Rerata pada pembacaan belakang )
Menghitung Elevasi
Menghitung Elevasi  = ( Tinggi alat – Rerata pembacaan muka)

BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Setelah melakukan praktek, mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing dan dapat :
1.      Membuat garis lurus di lapangan
2.      Mengukur beda tinggi
3.      Pengukuran titik-titik poligon
4.      Pengukuran titik profil
5.      Pengukuran site plant
Harapan kami dengan adanya praktikum pengukuran tanah ini para mahasiswa untuk dapat mempergunakan alat-alat pada waktu mempraktekkannya dilapangan sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan.
4.2       Saran
1.      Kami harap kepada dosen pembimbing I dan II agar tidak meninggalkan mahasiswa sewaktu pelaksanaan praktek.
2.      Memberi pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang mendetail agar mahasiswa tidak kebingungan dalam menjalankan praktek.
3.      Menyediakan buku paduan (jub sheet) bagi setiap mahasiswa agar mempunyai pedoman dalam menjalankan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Ir Tedjo Mulyono,  Ir M . Muhklisin, Drs Setio Utomo 1996, petujuk pratikum ukur tanah 1, pusat pengembangan  pendidikan Politeknik Direktorat Jendral Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan Bandung.
  2. Ir Iman Subarkah, 1984, Vedemakum Lengkap, Teknik Sipil, Idean Darma, Jakarta.
  3. Jemes. R . Wishing, B.S. Roy H Wishing, B. I.E, 1995 Pengantar  Pemetaan, Erlangga Jakarta.
  4. Muhammad Ichsan, 1991,  Surverying Ilmu Ukur Tanah, Lhoksuemawe, Politeknik Negeri Lhoksuemawe.
  5. Russell C. Brinker, Paul R. Wolf, Djoko Walijatum, Dasar – Dasar Pengukuran Tanah (surveying), edisi ketujuh  Jilid  .I.
  6. R H. Dugdalc, B. Sc.(Eng), M.Sc..C.Eng. M. I. C. E., AMBIM, A.C. G.I Head of department of  Construction dan surveying. Erith College technolog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar