Senin, 03 September 2012

contoh laporan



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar belakang
            Ilmu ukur tanah atau Geodesi bertujuan mengukur bagian-bagian dari permukaan bumi, kalau panjang bagian tidak melebihi kira-kira 50 km, maka pekerjaan tersebut disebut Geodesi rendah. Pada Geodesi rendah yang dipentingkan hanya penentuan titik-titik dari tingkat rendah, sehingga titik itu dapat dibayangkan dan digambarkan pada suatu bidang datar yaitu peta.
Praktek ilmu ukur tanah (Geodesi) kali ini Mahasiswa dituntun untuk dapat mengetahui lebih mendetail lagi tentang pengukuran tanah dan juga penentuan poligon yang ideal sesusai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh Lembaga Politeknik Negeri Lhoksuemawe.
a)  Jarak
Dapat diukur dengan menggunakan mistar, meteran, dan alat optis (seperti waterpass dan theodolit ).
b) Ketinggain
Dapat diukur dengan menggunakan water pass (alat penyipat datar ).
c)  Sudut
Dapat diukur dengan alat theodolite.
Prinsip dasar pengukuran yaitu :
-          Perlu adanya pengecekan yang terpisah tidak cukup hanya satu kali pengukuran.
-          Tidak ada kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
1.2       Tujuan Praktek dan Manfaat Praktek
Adapun tujuan Praktek mengukur tanah adalah :
1.      Menentukan beda tinggi permukaan tanah dengan menggunakan Theodolite dan Water Pass.
2.      Membuat garis kontur berupa peta dari sebidang tanah.
3.      Membuat profil pada suatu poligon untuk menetukan beda tinggi pada permukaan tanah, diantaranya profil memanjang dan profil melintang.
4.      Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menetukan sudut bangunan yang nampak dan diterjemahkan dalam bentuk data dan dalam bentuk gambar.
            Adapun manfaat praktek ilmu ukur tanah adalah :
1.      Setiap mahasiswa dapat menggunakan alat theodolit
2.      Mahasiswa juga dapat menghitung jarak optis dan beda tinggi
            Lokasi Pada Saat praktek
            Lokasi praktek berada dilingkungan Politeknik negeri Lhoksuemawe, yang mempunyai dataran, tanjakan (perbukitan) dan turunan yang sangat baik sehingga Mahasiswa bisa mendapatkan ilmu yang lebih terarah dan bisa beradaptasi dengan lingkungan untuk masa yang akan datang.
            Dalam praktek ilmu ukur tanah (Geodesi) kali ini mahasiswa dituntun untuk dapat mengetahui lebih mendetail lagi tentang pengukuran dan juga penentuan poligon yang ideal sesuai dengan kurikulum yang telah dutentukan oleh Lembaga Politeknik Negeri Lhokseumawe. Ruang lingkup dalam pelaksanaan praktek ini banyak mentitikberatkan pada :
§  Penentuan sudut poligon.
§  Penentuan sudut bangunan.
§  Penentuan garis kontur.
§  Penentuan titik profil.
§  Penentuan kedataran tanah (water pass).
§  Penentuan dengan jarak bentangan (substancbar).
BAB II
DASAR TEORI
2.1       Ukuran Panjang    
Sebagai dasar ukuran panjang diambil meter internasional atau meter standar yang disimpan di Bereau Internasionale des Poids et Mesures Bretuil dekat Paris. panjang meter standar itu ada seper sepuluh juta panjang meridian  dan merupakan jarak antara dua garis pada kedua ujung meter standar.
             Karena meter standar dibuat dari logam, maka panjang meter standar akan dipengaruhi oleh suhu dan keadaan lain dari udara. Maka pada konferensi ukuran dan berat internasional pada tahun 1927 ditentukan panjang 1 meter dengan menggunakan panjang gelombang garis merah pad spektrum kadmium dalam udara yang kering, suhu sebesar 15 c dan tekanan udara sebesar 760 mm tinggi air-rasa. gelombang garis merah kadmium ada  = 0,643,846.96
a.          Luas
Ukuran luas yang digunakan pada ilmu ukur tanah adalah :
1 m; 1a(are)=100m;1 ha (hektare)=10.000m dan 1 km=10m.
2.1              Penentuan Letak Tititk-Titik
Bila harus menentukan tempat beberapa titik dan titik-titik itu semuanya letak diatas satu garis lurus, maka tempat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan jarak dari suatu titik yang letak diatas garis lurus itu pula. Titik yang diambil sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol.
Karena titik-titik dapat diletakkan disebelah kiri dan sebelah kanan titik 0, maka haruslah diberi tanda kepada jarak-jarak untuk dapat membedakan dua macam jarak.
Umunya kepada titik-titik yang letaknya disebelah kanan titik 0, diberi jarak dengan tanda positif dan kepada titik yang letaknya disebelah kiri titik 0, diberi jarak dengan tanda negatif.
            Cara kedua untuk menentukan tempat suatu titik ialah dengan menggunakan suatu titik P yang tentu dan garis lurus PQ yang tentu pula. Maka tempat suatu titik A ditentukan dengan jarak titik itu dari titik P dan dengan sudut  yang dibuat oleh PA dan PQ.
2.2              Water Pass
            Instrumen (teropong) untuk survey pengukuran sifat menggunakan beberapa macam lensa  dalam sebuah instrumen. Sebuah instrumen yang merupakan gabungan beberapa lensa dengan berbagai macam sinar dari target yang masuk menerobos lensa kemata, namun dalam kontruksi yang baru, instrumen terdiri dari dua tabung yaitu:
  • Tabung objektif dengan lensa objektif.
  • Tabung okuler dengan lensa okuler (dapat keluar masuk tabung objektif)
2.2.1        Jenis Alat Ukur Penyipat Datar
      Jenis alat ukur penyipat datar secara umum dapat dibagi tiga kelompok utama yaitu:
            Dumpy level
 Dumpy level adalah alat sifat datar yang ditempatkan pada suatu tonggak dengan ujung silinder sehingga dapat mudah diputar.
 Dumpy Nivo tabung, berpungsi untuk mengatur kedudukan  instrument pada kedudukan level.
  • Garis bidik
  • Plat segitiga, sebagai landasan utama yang rata, ditempatkan diatas puncak skrup untuk pendataran dan merupakan barisan penyangga kedudukan pengukur.
  • Skrup pengatur (bidik halus)
  • Landasan tripod, suatu dasar yang datar sebagai tempat alat digabungkan dengan kaki.
2.2.2        Bagian-bagian instrument water pass
       Instrument water pass mempunyai beberapa bagian yaitu:
a)      Bagian utama untuk pendataran.
Seperti halnya pada bagian sifat datar kekar bagian ini dibuat sama terdiri atas tiga komponen yaitu:
-          Landasan kaki.
-          Peralatan untuk pengaturan.
-          Fribrarc.
b)      Teropong
Sebagai suatu sifat dasar ungkit, maka teropong tidak digabungkan dengan fribrarch secara kaku tetapi teropong tersebut disangga oleh suatu pancang putar ditengah-tengahnya.
c)      Nivo tabung.
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong yang berfungsi.
d)     Sifat Dasar Otomatis.
.           Dalam alat ukur sifat datar otomatis,garis bidik didatarkan secara otomatis (dalam batasan tertentu) dengan memakai suatu alat kompensator optis yang tergantung pada suatu bandul yang dislipkan kedalam berkas dari sinar melalui teropong.
e)      Prinsip Dasar  Dari Kompensator
      Penempatan instrument dilapangan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
-          instrument diletakan diantara dua titik yang kan diukur beda tingginya.
-          Intrument diletakkan diantara dua titik yang dicari beda tingginya dengan membidiknya kedua titik dan dihimpitnya.
-          Instrumen diletakkan diluar titik yang dihitunbg beda tingginya.
2.2.3        Pembacaan Instrument Water Pass
Pembacaan instrument water pass dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a)      Membidik dan membaca bak ukur.
1.      Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan pertikal pada suatu titik (patok) yang telah ditentukan dengan menggunakan garis bidik yang  ada dalam alat.
2.      Bila bayangan kabur perjelas dengan menggunakan sekrup atau memutar lensa objektif (fokus) sedangkan benang silang perjelas denganmemutar sekrup pengatur diafragma.
3.      Himpitkan benang diafragma dengan sumbu bak ukur,dengan cara mengatur sekrup diafragma dengan sektup penggerak halus.
4.      lakukan pembacaan sebagai berikut :
Misalnya
-          Benang Atas (BA)      = 0,850
-          Benang Bawah (BB)   = 0,350
-          Benang Tengah (BT)   =0,600
5.      Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
BA+BB = 2 BT , atau
BA-BT  =  BT-BB
6.      Untuk memadatkan jarak optis digunakan rumus :
Jarak optis = (BA – BB)x 100 Sin2 sudut zenith/vertikal.
Dimana :
BA = Benang atas
BB =  Benang bawah
BT = Benag tengah
b)     Membaca Skala
1.      Perhatikan pembagian skala lingkaran pada instrument tersebut.
2.      tiap 10 0  dibagi menjadi 10, berarti tiap bagian adalah 10 .
3.      Baca skala lingkaran yang ditunjukkan oleh garis indeks, misalnya indeks menunjukan pada puluhan 600  dan antara 5 dan 6 setiap bagian kecil berarti pembacaan menjadi 650  .
4.      Harga bacaan menit dikra-kirakan sesuai letak garis indeks, misalnya garis indeks terletak atara 5 dan 6 berarti 1 /2 0  /300  .
5.      Pembacaan sekarang menjadi : 600  + 50  + 1 /2 0  = 650  3000.
Data-data  yang diperoleh berupa beda tinggi, jarak belakang, jarak muka. Data beda tinggi diatas permukaan laut yang semua itu ditunjukan untuk membuat profil memanjang dan profil malintang. Profil memanjang yaitu irisan tegak lurus lapangan, tegak lurus sumbu proyek.
2.2.4        Alat dan perlengkapan Water pass
a.       Instrument water pass
 Untuk membaca pengukuran beda tinggi, kontur, dan lainnya.
b.      Tripod (kaki tiga)
 Untuk meletakkan water pass / theodolite.
c.       Unting-unting
 Untuk mengukur ketegakan dan keseimbangan alat water pass ataupun theodolite pada patok yang telah ada.
d.      Bak ukur / rambu ukur.
Untuk membaca tinggi rendahnya permukaan tanah.
e.       Meter gulung ( 100 m)
Untuk mengukur antara patok satu dengan yang lainnya
f.       Jalon
Untuk pengukuran profil baik melintang  atau pun memanjang yaitu untuk penandaan patok.
g.      Patok.
Untuk menandakan titik-titik yang akan diukur.
h.      Palu 5 kg
Untuk memukul patok kedalam permukaan tanah.
i.        Alat tulis
Untuk menulis data yang diperoleh dilapangan.
2.3              Profil
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mendetail untuk mengetahui beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan  ketinggian tanah secara jelas yang kemudian dapat digambarkan beda tinggi tanah yang diukur dari ketinngian laut, pada pengukuran ini kita dapat melihat letak perbukitan dan turunan secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya. Pengukuran profil juga bertujuan untuk mengetahui dimana tanah yang harus dipotong dan dimana bagian tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk mendapatkan permukaan tanah yang datar yang kemudian akan dibangun sebuah kontruksi bangunan.
2.3.1        Bentuk Profil
A.            Profil Memanjang
Bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah memanjang pada poligon.
B.             Profil Melintang
Bertujuan untuk mengetahui  beda tinggi permukaan tanah dalam arah melintang pada poligon.   
            Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon ysng diukur dari permukaan laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam pekerjaan Teknik Sipil. Semua proyek sipil yang vital diperlukan data yang akurat untuk mengetahui keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu didakan pengukuran keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tersebut digunakan sebagai Instrumen untuk keadaan lapangan. Instrumen terlebih dahulu harus diperikasa kelengkapannya sehingga data yang diperolehtidak menimpang.
           
Dengan mempelajari dan melakukan peraktek pengukuran tanah (surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut. Pengukuran tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi tanah, pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan dlam pengukuran yang pada dasarnya menitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunakan menurut ketelitian dalam menggunakannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas, karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya kecil.
BAB III
PRAKTEK LAPANGAN
3.1 Membuat Garis Lurus Di Lapangan
Dengan adanya pengujian ini, kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan suatu garis di lapangan. Kita dapat mengenal dan menggunakan alat-alat untuk membuat garis di lapangan. Kita dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan. Kita dapat memperpanjang garis lurus di lapangan. Kita dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung. Serta kita dapat menetukan titik potong antara du garis lurus di lapangan.
3.2 Menentukan Titik Dilapangan
            Untuk pekerjaan mengukur, baik pengukuran jarak maupun pengukuran sudut, diperlukan titik dilapangan. Titik diatas permukaan bumi ini ada yang mempunyai sifat tetap, ada pula yang mempunyai sifat sementara. Titik-titikyang dibuat dilapangan harus dapat diketemukan denagan mudah.
            Titik-titik yang berisfat tetap, sehingga selalu dapat digunakan untuk pengukuran-pengukuran adalah :
1.  titik-titik triangulasi yang dibuat didalam daerah yang besar seperti di indonesia untuk tiap-tiap pulau.
2.  titik-titik poligon yang dibuat pada daerah yang kecil seperti didalam kota-kota.
Titik yang bersifat sementara diperlukan pada waktu pengukuran, sebagai titik-titik penolong : titik-titik ini diberi tanda dengan kayu sebesar 5x5 cm, 10x10 cm 15x15 cm yang ditanam didalam tanah sedalam 0,50 ā 0,75 m. kayu-kayu ini dinamakan patok diberi tanda dengan cat warna orange yang menyatakan tempat titik patok itu.
         
          Supaya titik itu dapat kelihatan dari titik lainnya pada waktu dilakukan pengukuran maka dapatlah digunakan beberapa cara seperti menggunakan sebatang kayu yang panjangnya 2 sampai 3 m dan mempunyai lingkaran atau segitiga sebagai penampang. Pada tiap-tiap10 m diberi warna orange, sehingga dapat dilihat dari jauh.
3.2     Pemasangan Patok
3.2.1 Dasar Teori
Pada pemasangan patok perlu diketahui titik awal daerah yang akan di pasang, tiap satu kelompok memasang patok berjumlah sepuluh buah patok arah memanjang dengan jarak yang sama. Jarak pemasangan patok terbagi antara tiga arah, arah memanjang, kesamping kiri, dan kesamping kanan. Titik-titik pengukuran yang dibuat pada praktikum adalah bersifasst sementara, dan harus diketemukan dengan dengan mudah .
    Tiap titik yang memanjang diberi ukuran 10 m antara satu titik dengan yang lainnya, sedangkan untuk titik yang yang kesamping kiri berukuran tidak menentu, tetapi pada dasarnya berukuran 10 m juga. Hal tersebut dilakukan karena keadaan dilapangan tidak mendukung untuk dibuat ukuran 10 m. pada titik yang kekanan juga tidak menentu.
3.2.2 Tujuan Pemasangan Patok
Ø  Untuk memudahkan pada saat dilakukan pungukuran dengan alat theodolit dan rambu.
Ø  Mengetahui jarak pengukuran.
3.2.3 Peralatan Dan Bahan
§ Patok
§ Paku
§ Palu
§ alat tulis/cetakan
§ Unting-unting
§ Mesin gergaji potong
§ Pita ukur
3.2.4 Keselamatan Kerja
§ Praktek harus memakai seragam praktikum/pakaian kerja.
§ Mahasiswa harus memakai topi proyek
§ Praktek harus menyiapkan P3K
§ Membawa Payung
3.2.5 Langkah Kerja
§ Patok dibuat dari balok kayu ukuran 5/7 cm
§ Patok dipotong dengan panjang 30-40 cm
§ Kemudian patok ditancapkan pada titik-titik yang telah ditentukan di atas dengan jarak antar patok 10 meter.
§ Kelurusan patok ditentukan melalui pandangan mata salah satu anggota kelompok.
§ Setelah semua patok ditancapkan, patok di_cat semprot dengan warna yang berbeda pada masing-masing kelompok
§ Diatas patok dipakukan paku payung
§ Patok siap untuk penandaan titik untuk diukur.
3.3 Mengukur Beda Tinggi
3.3.1 Tujuan.
Setelah melakukan pengukuran beda tinggi ( elevasi ), mahasiswa diharapkan dapat :
Ø  Menggunanakan alat instrument ( Waterpass ) dengan baik
Ø  Mengetahui teknik-teknik pembacaan benang-benang waterpas
Ø  Mampu Menghitung jarak dan beda tinggi setiap titik
3.3.2        Peralatan dan bahan
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam mengukur beda tinggi ini antara lain :
Ø  Instrument Water pass
Ø  Kaki tiga (trypot)
Ø  Bak Ukur (rambu)
Ø  Meteran 50 meter
Ø  Meteran 100 meter
Ø  Payung
Ø  Kayu patok
Ø  Cat Semprot
Ø  Alat tulis
3.3.3        Langkah Kerja
Ø  Tentukan elevasi titik asal dengan mengguanakan Gps
Ø  Letakkan kaki tiga (trypot) diatas patok 1 dan patok 2, kemudian letakkan instrument water pass
Ø  Turunkan unting-unting dari bawah water pass
Ø  Tarik pita ukur dari salah satu patok 1 atau patok 2, kemudian arahkan pita ukur ke ujung unting-unting dan catat jarak pada pita ukur.
Ø  Set nivo, untuk mengeteahui keseimbangan alat, kemudian putar searah jarum jam sebesar 90o, apabila sudah seimbang putar kembali searah jarum jam sebesar 180o dan apabila sudah seimbang putar lagi searah jarum jam sebesar 360o.
Ø  Salah satu anggota kelompok bersiap untuk memegang bak ukur dan meletakkannya ke tanah tepat di sebelah patok 1, sedangkan satu orang lagi  meletakkan bak ukur disebelah patok 2.
Ø  Arahkan lensa objek ke arah bak ukur pada patok 1 (belakang) dan baca nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Misalnya        : Benang Atas (BA)          = 1460
                       : Benang Bawah (BB)      = 1300
                       : Benang Tengah (BT)      = 1140
Ø  Putar lensa objek ke arah bak ukur pada patok 2 (muka) dan baca nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah pada bak ukur.


 

Ø  Pindahkan insrtumen waterpass dan kaki tiga diantara patok 2 dan 3.
Ø  Lakukan langkah-langkah di atas untuk mengetahui nilai-nilai benang atas, benang bawah, dan benang tengah pada bak ukur untuk patok-patok berikutnya sampai diketahui nilai-nilai tersebut untuk setiap patok.
Ø  Penentuan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
BA + BB = 2 BT, atau
BA – BT = BT – BB
Menghitung Jarak Optis
Jarak optis = (BA-BB) x 1000
Mengukur Tinggi Alat
Tinggi Alat = ( Elevasi titik awal + Rerata pada pembacaan belakang )
Menghitung Elevasi
Menghitung Elevasi  = ( Tinggi alat – Rerata pembacaan muka)

BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Setelah melakukan praktek, mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah dan sudah dapat mempergunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing dan dapat :
1.      Membuat garis lurus di lapangan
2.      Mengukur beda tinggi
3.      Pengukuran titik-titik poligon
4.      Pengukuran titik profil
5.      Pengukuran site plant
Harapan kami dengan adanya praktikum pengukuran tanah ini para mahasiswa untuk dapat mempergunakan alat-alat pada waktu mempraktekkannya dilapangan sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan.
4.2       Saran
1.      Kami harap kepada dosen pembimbing I dan II agar tidak meninggalkan mahasiswa sewaktu pelaksanaan praktek.
2.      Memberi pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang mendetail agar mahasiswa tidak kebingungan dalam menjalankan praktek.
3.      Menyediakan buku paduan (jub sheet) bagi setiap mahasiswa agar mempunyai pedoman dalam menjalankan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Ir Tedjo Mulyono,  Ir M . Muhklisin, Drs Setio Utomo 1996, petujuk pratikum ukur tanah 1, pusat pengembangan  pendidikan Politeknik Direktorat Jendral Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan Bandung.
  2. Ir Iman Subarkah, 1984, Vedemakum Lengkap, Teknik Sipil, Idean Darma, Jakarta.
  3. Jemes. R . Wishing, B.S. Roy H Wishing, B. I.E, 1995 Pengantar  Pemetaan, Erlangga Jakarta.
  4. Muhammad Ichsan, 1991,  Surverying Ilmu Ukur Tanah, Lhoksuemawe, Politeknik Negeri Lhoksuemawe.
  5. Russell C. Brinker, Paul R. Wolf, Djoko Walijatum, Dasar – Dasar Pengukuran Tanah (surveying), edisi ketujuh  Jilid  .I.
  6. R H. Dugdalc, B. Sc.(Eng), M.Sc..C.Eng. M. I. C. E., AMBIM, A.C. G.I Head of department of  Construction dan surveying. Erith College technolog

Senin, 06 Agustus 2012

PONDASI TIANG PANCANG

Selasa, 02 Agustus 2011

spesifikasi RKS tiang pancang

PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

PASAL 1 - UMUM

1.1. Persyaratan-Persyaratan Umum
A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau terperinci harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.

B. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang, penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang.
Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor, tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk mencapai persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor pekerjaan pondasi.

1.2. Lingkup Pekerjaan
A. Pekerjaan yang berhubungan :
Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan tiang, galian pada setiap titik, perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel tilpon, kabel listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada dilokasi proyek maupun dilokasi yang bersebelahan dengan proyek.

B. Pekerjaan yang termasuk :
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pondasi dari beton precast
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pondasi.
4. Percobaan pembebanan tiang

5. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta oleh Engineer.
6. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang.

1.3. Jaminan Mutu
A. Standar-standar
Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-standar berikut :
1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah.
4. ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated Seven Wire Stress Relieved Steel Strand for Prestress Concrete.
5. ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles Under
(Reapproved 1987) Static Axial Compressive Load.
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral Loads.
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles Under Static Axial Tensile Load.

B. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan.

C. Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan demikian.


D. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".
4. Tiang-tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

1.4. Perubahan dan Penambahan
A. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan pembebanan tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian.

B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.

1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Engineer.

A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh Engineer.

B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.

C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.

1.6. Kondisi Kerja :
A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan.

B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.

D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.


PASAL 2 - BAHAN-BAHAN/PRODUKSI

2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.

2.2. Bahan-bahan tiang.
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
Jenis tiang yang dipakai adalah Tiang Beton Precast Prestress dengan ukuran 40cm x 40cm dan 35m x 35cm persegi dan panjang seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
B. Beton
Mutu beton minimum yang dipakai adalah fc' - 41.5 MPa (Cylinder), yang harus sudah dicapai pada waktu pemancangan.

C. Penulangan dan prestressing strands :
1. Prestressing strands harus "uncoated, bright seven wire, stress relieved 270 ksi "sesuai ASTM A-416".
2. Spiral harus dibentuk dari "cold drawn bright steel wire" sesuai ASTM A-82 atau  6 mm U-24.

D. Peralatan Pemancangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kotraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya. Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type tiang pancang dan sifat dari kekuatan tiang pancang tersebut.
3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.

2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan
Penggunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak disyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.




PASAL 3 - PELAKSANAAN

3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling mengganggu.

B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor.

C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.

D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak terganggu.

E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah direncanakan.

F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.

G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya.

H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu maupun setelah pemancangan.


3.2. Pemancangan Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel hammer type). Dalam pemilihan "driving diesel hammer" haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang.
"Hammer" harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 3500 kg (Kobe - 35 type).
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih dari 20 mm untuk 10 pukulan terakhir.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan pada gambar.
4. Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan adalah 75 mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih dari 2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.T. (Pile Integrated Test) atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-masing tiang segera setelah selesai pemancangan.
2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.

D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai "final set" yang diijinkan oleh pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan dilapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.

E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.

F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat.
Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Kontraktor disyaratkan untuk mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.

G. Pendataan pemancangan tiang.
Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi parap pengawas yang ditunjuk pada masing-masing data, setiap hari.
Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan (copy)nya harus disimpan oleh Kontraktor.
Data-data laporan harus meliputi hal-hal berikut :

1. Nama proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5. Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada 10 pukulan terakhir (last ten blow)
6. Dalamnya pemancangan dari level tanah
7. Level tanah
8. Panjang tiang
9. Jenis alat pukul (Hammer Type)
10. Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (kalau ada sambungan).
11. Waktu/saat mulai dan waktu selesainya pemancangan
12. Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 m
13. Tinggi jatuh yang sebenarnya (actual ram stroke)
14. Semua informasi lain seperti disyaratkan oleh Engineer.
Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer. Record diatas harus menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses pemancangan. Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan sampai selesai dan mencapai set yang disyaratkan (kecuali waktu penyambungan).

H. Kepala Tiang
1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile cap).
Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan akurat serta membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang.
Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk pekerjaan tersebut.
2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
3. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.

4. Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.

I. Sambungan tiang dan pengelasan :
1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan tiang untuk disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistim sambungan yang akan dipakai
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan
d. Kwalifikasi/kecakapan tukang las.


J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan pondasi tiang.
Pada waktu selesainya pekerjaan pondasi tiang, sebuah laporan yang tepat harus segera disiapkan dan diserahkan rangkap 6 (enam) kepada pengawas yang ditunjuk.
Hal-hal berikut harus termasuk juga di dalam laporan :
1. Ringkasan pekerjaan (sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan, dll).
2. Laporan tentang pukulan (blows)
3. Laporan harian pekerjaan dan laporan pemeriksaan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. Kedalaman pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir
e. Nilai rebound
f. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Laporan percobaan beban
5. Denah (lay out) tiang dan toleransinya.

3.3. Percobaan Pembebanan Tiang Pancang
A. Umum
1. Antara pemancangan tiang yang akan ditest dan percobaan pembebanan pada tiang tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk mengembalikan kondisi tanah akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula. Pemancangan tiang yang berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama adanya percobaan pembebanan tiang.
2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan pengukuran dari percobaan beban termasuk penyediaan, penyusunan kentledge yang digunakan dan pembongkaran kembali setelah percobaan pembebanan selesai.
3. Selama pelaksanaan percobaan beban, Kontraktor harus menempatkan tenaga kerja yang berpengalaman untuk pelaksanaan pengamatan dan pencatatan hasil percobaan.
4. Suatu percobaan pembebanan tiang harus dimaksudkan sebagai percobaan pada tiang tunggal.
5. Percobaan beban harus dilakukan pada 20 buah tiang terpakai untuk percobaan beban vertikal dan 2 buah tiang terpakai untuk percobaan beban tarik yang dipilih oleh Engineer.
6. Tiang yang dipakai untuk percobaan beban haruslah dari bahan dan ukuran yang sama dengan tiang-tiang terpakai dan harus dipancang dengan peralatan yang sama jenisnya serta dengan prosedur dan metoda yang sama.
7. Semua percobaan pada tiang-tiang terpakai harus diikuti dengan PIT (Pile Integrity Test) seperti disyaratkan pada 3.4.

B. Standard Percobaan Pembebanan Pada Tiang Terpakai
1. Beban axial tekan penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban rencana (design load) dari sebuah tiang sesuai dengan ASTM D 1143-81 (standard test) atau seperti yang disyaratkan oleh Engineer pada gambar dalam hal diperlukan.
2. Beban lateral penuh pada tiang terpakai harus 200% dari beban rencana (design load) lateral pada tiang atau seperti disyaratkan oleh Engineer pada gambar dalam hal diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 3966-81, dengan pembebanan bertahap (cyclic loading).
3. Beban tarik axial penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban rencana tarik atau seperti disyaratkan Engineer pada gambar dalam hal diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 3689-83.

C. Perlengkapan Pembebanan
1. Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis yang besarnya melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform sebagaimana harusnya.
2. Beban kentledge terdiri dari blok-blok beton dengan ukuran sama.
3. Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban ditempatkan secara sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan secara sempurna kepada tiang.
4. Ukuran dari plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak boleh lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.
5. Jack hidraulic harus ditempatkan sentris pada tiang/pile cap.
6. Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan pressure gauge harus dikalibrasikan sebelum percobaan dilakukan.

D. Alat Pengukuran Penurunan
1. Metoda pengukuran penurunan dari tiang harus dilakukan dengan sistim dimana 4 dial gauge ditempatkan dengan jarak yang sama pada keliling tiang dan sistim pendukung dengan memakai mistar.
2. Pembacaan harus dilakukan dengan sistim seperti disyaratkan di F dari Bab dan pasal ini.
3. Dial gauges harus mempunyai kemampuan gerak sampai 50 mm dan keakuratan sampai 0.25 mm.
4. Skala ukur untuk pembacaan pada mistar harus dipilih yang sanggup untuk pembacaan sampai keakuratan mencapai 0.5 mm. Selain mistar levelling boleh juga dipakai sebuah mistar yang dipasang pada tiang atau pur (pile caps).
5. Laporan kalibrasi harus disertakan pada semua alat-alat percobaan pembebanan yang membutuhkan kalibrasi sebelum percobaan beban dilakukan.
6. Semua reference beam dan kawat-kawat (wires) harus ditunjang secara terpisah dengan penunjang yang cukup kaku dan ditanamkan ditanah pada jarak bersih tidak kurang dari 2.5 m dari tiang percobaan.
7. Dua buah dial gauge tambahan harus dipasang pada reference beam secara tegak lurus untuk memantau kemungkinan terjadinya pergerakan lateral dari ujung tiang.


E. Prosedur Pembebanan
1. Percobaan pembebanan vertikal harus sesuai dengan syarat berikut :
Percobaan pembebanan 4 (empat) cycle untuk tiang dengan beban tekan axial sesuai dengan ASTM D-1143-81.
Prosedur Pembebanan :
Langkah
Cycle beban dalam
% dari beban kerja Lamanya penahanan beban
1
2



3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24



25
26
27
28 0
25



50 Cycle 1
25
0
50
75
100 Cycle 2
75
50
0
50
100
125
150 Cycle 3
125
100
50
0
50
100
150
175
200 Cycle 4



150
100
50
0
A - beban ditahan selama minimum 1 jam dan sampai settlement < 0.25 mm per jam (max. 2 jam). A jam 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A B = beban ditahan selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam settlement yang terjadi > 0.25 mm per jam, maka beban ditahan selama max. 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
24 jam


Bila kegagalan terjadi sebelum mencapai 200% dari beban rencana, maka beban harus diturunkan perlahan-lahan dan hati-hati dengan suatu tingkatan tidak lebih dari 20% dari beban kerja permenit sampai penurunan mencapai < 0.25 mm per jam. Kemudian mengikuti langkah B sampai akhir dari prosedur. 2. Percobaan pembebanan lateral axial harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3966-90. Prosedur pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya Penahanan Beban Jadwal pembacaan Perge-rakan lateral (dalam menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 0 25 50 25 0 50 75 100 50 0 50 100 125 150 75 0 50 100 150 170 180 190 200 150 100 50 0 - 10 10 10 10 10 15 20 10 10 10 10 20 20 10 10 10 10 10 20 20 20 60 10 10 10 10 - 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15 0-5-10-15-20 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-10-20-30-40-50-60 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 3. Percobaan pembebanan tarik axial harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3689-90 Prosedur Pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya Penahanan Beban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 0 25 50 Cycle 1 25 0 50 75 100 Cycle 2 75 50 0 50 100 125 150 Cycle 3 125 100 50 0 50 100 150 175 200 Cycle 4 150 100 50 0 A = Beban ditahan selama minimum 1 jam dan sampai pergerakan keatas dari tiang < 0.25 mm per jam (max. 2 jam). 1 jam 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A B = Beban ditahan selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam pergerakan keatas dari tiang adalah > 0.25 mm per jam, maka beban ditahan selama 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam


F. Prosedur pembacaan
1. Percobaan Pembebanan Vertikal
Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
- Selanjutnya setiap 1/2 jam selama 10 jam.
- Selanjutnya setiap 1 jam.
- Pada pembebanan akhir (0% beban rencana), pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 1 jam selama 4 jam pertama
- Setiap 2 jam sesudahnya sampai 8 jam.
- Selanjutnya setiap 4 jam.
2. Percobaan Pembebanan Lateral
Pembebanan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan setiap 10 menit.

G. Laporan Percobaan Pembebanan
Laporan hasil percobaan dikirim kepada pengawas yang ditunjuk untuk persetujuan, terdiri dari :
1. Nama proyek dan lokasi
2. Laporan penyelidikan tanah dan catatan pelaksanaan pemancangan tiang percobaan
3. Sertifikat dari kalibrasi peralatan
4. Catatan pembebanan yang meliputi :
a. tanggal percobaan
b. waktu pembacaan
c. beban percobaan
d. pembacaan dial gauge, dll.
5. Grafik load-settlement
Grafik load-time
Grafik time-settlement
6. Kesimpulan dari hasil percobaan.

H. Kriteria kegagalan dari standar percobaan pembebanan pada tiang :
1. Untuk percobaan pembebanan vertikal pada tiang.
Kegagalan dari percobaan tiang dianggap telah terjadi apabila penurunan (settlement) yang terjadi waktu dibebani adalah lebih dari 25 mm, atau bila beban dihilangkan, penurunan permanent melampaui 6 mm.
2. Untuk percobaan pembebanan lateral pada tiang.
Pergerakan lateral maximum melampaui 10 mm pada percobaan lateral.
3. Percobaan pembebanan tidak boleh diteruskan jika terjadi ketidak stabilan kentledge, kerusakan dari pile cap ataupun kerusakan lainnya yang dapat memberikan hasil yang tidak sebenarnya.

I. Kegagalan pada tiang terpakai.
Jika terjadi kerusakan atau/dan kegagalan pada tiang dalam percobaan pembebanan maka Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan tiang yang lain sesuai dengan petunjuk dari Perencana atas biaya Kontraktor.
Biaya dari percobaan pembebanan tambahan, penggantian atau penambahan tiang dan persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar fondasi yang disebabkannya akan dibebankan kepada Kontraktor.

3.4. PIT (The Pile Integrity Test)
Test Integrity tiang harus dilakukan dengan metoda sonic dengan memakai alat test Integrity untuk tiang.
A. Lingkup percobaan :
Percobaan-percobaan tiang :
1. Semua percobaan-percobaan pada tiang-tiang terpakai harus dilakukan dengan pile integrity test.


2. Untuk tiang-tiang yang disambung, setiap bagian tiang harus ditest sebelum penyambungan dan segera setelah satu bagian tiang dipancang juga setelah percobaan lateral dan tarik.
3. Apabila ada bagian (segmen) dari tiang yang didapati retak pada tahapan manapun dari percobaan diatas, bagian yang retak atau rusak harus diganti dengan yang utuh (masih baik) dan ditest ulang sesuai dengan A.2. di atas.

B. Perlengkapan test.
1. Percobaan integrity harus dilakukan dengan memakai perlengkapan untuk memperoleh data secara digital.
2. Pengkondisian signal dan pengadaan power harus mempunyai kemampuan yang sangat tinggi terhadap rasio kebisingan agar tidak mengganggu signal.
3. Data harus disimpan sedemikian sehingga proses lanjutan atau tambahan dengan analisa gelombang dapat dilakukan.
4. Data harus dapat dibaca ditempat/dilapangan setidaknya dapat diperoleh evaluasi mutu dari data pendahuluan.

C. Persiapan percobaan :
1. Percobaan integrity pada tiang manapun dapat dilakukan sedikitnya 7 (tujuh) hari setelah tiang dipancang.
2. Untuk penempatan dari perlengkapan untuk percobaan/testing pada kepala tiang, kepala tiang harus bersih, bebas dari air, beton yang terkelupas dan siap untuk keperluan percobaan.

D. Pelaksanaan percobaan dan interprestasi :
1. Pile Integrity testing harus dilaksanakan oleh perusahaan spesialis yang mengerjakan test demikian.
2. Percobaan sesungguhnya dilapangan harus dilakukan oleh Engineer (bukan teknisi) yang sudah berpengalaman untuk melakukan testing dengan sedikitnya 1 (satu) tahun pengalaman dalam percobaan dinamic dari tiang-tiang.


3. Interprestasi dari data-data harus dilakukan oleh Engineer yang berpengalaman dengan sedikitnya 2 (dua) tahun pengalaman dalam percobaan dynamic dari tiang.
4. Apabila penampilan ujung atau tiang meragukan, ujung tiang harus dipotong lebih jauh dan ditest ulang.
5. Detail-detail lengkap dari kondisi tanah, dimensi tiang dan metoda konstruksi harus diberikan kepada perusahaan spesialis bila disyaratkan untuk menginterprestasikan hasil percobaan.

E. Laporan :
1. Untuk setiap tiang yang ditest, laporan harus termasuk juga :
a. data dari waktu terhadap simpangan kecepatan rata-rata (average amplified velocity vs time record).
b. Kesimpulan dari keutuhan masing-masing tiang yang ditest.
2. Laporan ahir harus diserahkan kepada Engineer dalam waktu 10 hari setelah percobaan selesai.

F. Kriteria hasil test yang dapat diterima dan ditolak :
1. Dapat diterima atau ditolaknya tiang-tiang yang ditest harus didasarkan dari kesimpulan laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang melaksanakan P.I.T.
2. Apabila mayoritas dari tiang-tiang memberikan hasil yang meragukan, Engineer boleh, atas kebijaksanaannya, memerintahkan penggalian suatu tiang secara penuh untuk mencocokkan kriteria yang ditolak atau dapat diterima.

G. Tindakan usaha perbaikan.
1. Tiang-tiang yang ditolak harus dipindahkan.
2. Tiang-tiang yang meragukan dapat ditindak lanjuti dengan percobaan dynamic (P.D.A), percobaan pembebanan static (Static Load Testing) etc.



3.5. Pembersihan :
Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah, kelebihan beton, keluar dari lokasi atau proyek seperti ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk tanpa biaya tambahan.

Sabtu, 25 Juni 2011

pondasi tiang pancang

BAB 5 PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

PASAL 1 UMUM

1.1. Persyaratan-Persyaratan Umum

A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau terperinci harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.

B. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang, penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang.

Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor, tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk mencapai persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor pekerjaan pondasi.


1.2. Lingkup Pekerjaan

A. Pekerjaan yang berhubungan :

Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan tiang, galian pada setiap titik, perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel tilpon, kabel listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada dilokasi proyek maupun dilokasi yang bersebelahan dengan proyek.

B. Pekerjaan yang termasuk :

Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pondasi dari beton precast
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pondasi.
4. Percobaan pembebanan tiang
5. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta oleh Engineer.
6. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang.



1.3. Jaminan Mutu

A. Standar-standar

Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-standar berikut :

1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah.
4. ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated Seven Wire Stress Relieved Steel Strand for Prestress Concrete.
5. ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles Under
(Reapproved 1987) Static Axial Compressive Load.
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral Loads.
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles Under Static Axial Tensile Load.


B. Jaminan Pabrik :

Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan.

C. Jaminan Pekerja :

1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.

2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan demikian.

D. Persyaratan Lapangan :

1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang selama pemancangan.

2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".

3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".

4. Tiang-tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus disingkirkan dari proyek.

5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.


1.4. Perubahan dan Penambahan

A. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan pembebanan tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian.

B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.


1.5. Penyerahan

Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Engineer.

A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh Engineer.

B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.

C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.


1.6. Kondisi Kerja :

A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan.

B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.

D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.


Pasal 2 : Bahan-bahan/Produksi

2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.

2.2. Bahan-bahan tiang.
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan berikut :

A. Dimensi/Ukuran-ukuran :

1. Jenis tiang yang dipakai adalah Tiang Baja dengan ukuran  400 mm. dengan tebal 12 mm dan panjang L = .... m, seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.

2. Kapasitas tiang sedikitnya harus 66.5 ton untuk setiap tiang.


B. Peralatan Pemancangan

1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kotraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.

2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya. Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type tiang pancang dan sifat dari kekuatan tiang pancang tersebut.

3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.

2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan

Penggunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak disyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 3 : Pelaksanaan

3.1. Persiapan

A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling mengganggu.

B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor.

C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.

D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak terganggu.

E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah direncanakan.

F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.

G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya.

H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu maupun setelah pemancangan.

3.2. Pemancangan Tiang

A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.

1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel hammer type). Dalam pemilihan "driving diesel hammer" haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang.
"Hammer" harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 3500 kg (Kobe - 35 type).

2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih dari 20 mm untuk 10 pukulan terakhir.

3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan pada gambar.

4. Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan adalah 75 mm dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.

B. Test untuk mutu tiang.

Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih dari 2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.T. (Pile Integrated Test) atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.

1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-masing tiang segera setelah selesai pemancangan.

2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok selesai dipancang.

3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut harus dipukul lagi.

Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.

D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.

Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai "final set" yang diijinkan oleh pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan dilapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.

E. Posisi-posisi tiang.

Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.

F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat.

Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Kontraktor disyaratkan untuk mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.

G. Pendataan pemancangan tiang.

Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi parap pengawas yang ditunjuk pada masing-masing data, setiap hari.

Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan (copy)nya harus disimpan oleh Kontraktor.

Data-data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1. Nama proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5. Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada 10 pukulan terakhir (last ten blow)
6. Dalamnya pemancangan dari level tanah
7. Level tanah
8. Panjang tiang
9. Jenis alat pukul (Hammer Type)
10. Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (kalau ada sambungan).
11. Waktu/saat mulai dan waktu selesainya pemancangan
12. Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 m
13. Tinggi jatuh yang sebenarnya (actual ram stroke)
14. Semua informasi lain seperti disyaratkan oleh Engineer.

Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer. Record diatas harus menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses pemancangan. Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan sampai selesai dan mencapai set yang disyaratkan (kecuali waktu penyambungan).

H. Kepala Tiang

1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40

diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile cap).
Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan akurat serta membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang.
Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk pekerjaan tersebut.

2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.

3. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.

4. Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.


I. Sambungan tiang dan pengelasan :

1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan tiang untuk disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.

2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistim sambungan yang akan dipakai
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan
d. Kwalifikasi/kecakapan tukang las.

J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan pondasi tiang.

Pada waktu selesainya pekerjaan pondasi tiang, sebuah laporan yang tepat harus segera disiapkan dan diserahkan rangkap 6 (enam) kepada pengawas yang ditunjuk.
Hal-hal berikut harus termasuk juga di dalam laporan :

1. Ringkasan pekerjaan (sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan, dll).
2. Laporan tentang pukulan (blows)
3. Laporan harian pekerjaan dan laporan pemeriksaan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. Kedalaman pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir
e. Nilai rebound
f. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Laporan percobaan beban
5. Denah (lay out) tiang dan toleransinya.


3.3. Percobaan Pembebanan Tiang Pancang

A. Umum

1. Antara pemancangan tiang yang akan ditest dan percobaan pembebanan pada tiang tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk mengembalikan kondisi tanah akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula. Pemancangan tiang yang berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama adanya percobaan pembebanan tiang.

2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan pengukuran dari percobaan beban termasuk penyediaan, penyusunan kentledge yang digunakan dan pembongkaran kembali setelah percobaan pembebanan selesai.

3. Selama pelaksanaan percobaan beban, Kontraktor harus menempatkan tenaga kerja yang berpengalaman untuk pelaksanaan pengamatan dan pencatatan hasil percobaan.

4. Suatu percobaan pembebanan tiang harus dimaksudkan sebagai percobaan pada tiang tunggal.

5. Percobaan beban harus dilakukan pada ... buah tiang terpakai untuk percobaan beban vertikal dan ... buah tiang terpakai untuk percobaan beban lateral dan ... buah tiang terpakai untuk percobaan beban tarik yang dipilih oleh Engineer.

6. Tiang yang dipakai untuk percobaan beban haruslah dari bahan dan ukuran yang sama dengan tiang-tiang terpakai dan harus dipancang dengan peralatan yang sama jenisnya serta dengan prosedur dan metoda yang sama.

7. Semua percobaan pada tiang-tiang terpakai harus diikuti dengan PIT (Pile Integrity Test) seperti disyaratkan pada 3.4.

B. Standard Percobaan Pembebanan Pada Tiang Terpakai

1. Beban axial tekan penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban rencana (design load) dari sebuah tiang sesuai dengan ASTM D 1143-81 (standard test) atau seperti yang disyaratkan oleh Engineer pada gambar dalam hal diperlukan.

2. Beban lateral penuh pada tiang terpakai harus 200% dari beban rencana (design load) lateral pada tiang atau seperti disyaratkan oleh Engineer pada gambar dalam hal diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 3966-81, dengan pembebanan bertahap (cyclic loading).

3. Beban tarik axial penuh pada tiang terpakai haruslah 2 (dua) kali beban rencana tarik atau seperti disyaratkan Engineer pada gambar dalam hal diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan ASTM D 3689-83.

C. Perlengkapan Pembebanan

1. Beban percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulis yang besarnya melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform sebagaimana harusnya.

2. Beban kentledge terdiri dari blok-blok beton dengan ukuran sama.

3. Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban ditempatkan secara sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan secara sempurna kepada tiang.

4. Ukuran dari plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak boleh lebih kecil dari ukuran jack yang digunakan.

5. Jack hidraulic harus ditempatkan sentris pada tiang/pile cap.

6. Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan pressure gauge harus dikalibrasikan sebelum percobaan dilakukan.


D. Alat Pengukuran Penurunan

1. Metoda pengukuran penurunan dari tiang harus dilakukan dengan sistim dimana 4 dial gauge ditempatkan dengan jarak yang sama pada keliling tiang dan sistim pendukung dengan memakai mistar.

2. Pembacaan harus dilakukan dengan sistim seperti disyaratkan di F dari Bab dan pasal ini.

3. Dial gauges harus mempunyai kemampuan gerak sampai 50 mm dan keakuratan sampai 0.25 mm.

4. Skala ukur untuk pembacaan pada mistar harus dipilih yang sanggup untuk pembacaan sampai keakuratan mencapai 0.5 mm. Selain mistar levelling boleh juga dipakai sebuah mistar yang dipasang pada tiang atau pur (pile caps).

5. Laporan kalibrasi harus disertakan pada semua alat-alat percobaan pembebanan yang membutuhkan kalibrasi sebelum percobaan beban dilakukan.

6. Semua reference beam dan kawat-kawat (wires) harus ditunjang secara terpisah dengan penunjang yang cukup kaku dan ditanamkan ditanah pada jarak bersih tidak kurang dari 2.5 m dari tiang percobaan.

7. Dua buah dial gauge tambahan harus dipasang pada reference beam secara tegak lurus untuk memantau kemungkinan terjadinya pergerakan lateral dari ujung tiang.

E. Prosedur Pembebanan

1. Percobaan pembebanan vertikal harus sesuai dengan syarat berikut :
Percobaan pembebanan 4 (empat) cycle untuk tiang dengan beban tekan axial sesuai dengan ASTM D-1143-81.

Prosedur Pembebanan :

Langkah
Cycle beban dalam %
dari beban kerja Lamanya penahanan beban

1
2



3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24



25
26
27
28 0
25



50 Cycle 1
25
0
50
75
100 Cycle 2
75
50
0
50
100
125
150 Cycle 3
125
100
50
0
50
100
150
175
200 Cycle 4



150
100
50
0
A - beban ditahan selama minimum 1 jam dan sampai settlement < 0.25 mm per jam (max. 2 jam). A jam 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A B = beban ditahan selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam settlement yang terjadi > 0.25 mm per jam, maka beban ditahan selama max. 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
24 jam

Bila kegagalan terjadi sebelum mencapai 200% dari beban rencana, maka beban harus diturunkan perlahan-lahan dan hati-hati dengan suatu tingkatan tidak lebih dari 20% dari beban kerja permenit sampai penurunan mencapai < 0.25 mm per jam. Kemudian mengikuti langkah B sampai akhir dari prosedur. 2. Percobaan pembebanan lateral axial harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3966-90. Prosedur pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya penahanan beban Jadwal pembacaan pergerakan lateral (dalam menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 0 25 50 25 0 50 75 100 50 0 50 100 125 150 75 0 50 100 150 170 180 190 200 150 100 50 0 - 10 10 10 10 10 15 20 10 10 10 10 20 20 10 10 10 10 10 20 20 20 60 10 10 10 10 - 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15 0-5-10-15-20 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-5-10-15-20 0-10-20-30-40-50-60 0-5-10 0-5-10 0-5-10 0-5-10 3. Percobaan pembebanan tarik axial harus dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan ASTM D 3689-90 Prosedur Pembebanan : Langkah Cycle beban dalam % dari beban kerja Lamanya Penahanan Beban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 0 25 50 Cycle 1 25 0 50 75 100 Cycle 2 75 50 0 50 100 125 150 Cycle 3 125 100 50 0 50 100 150 175 200 Cycle 4 150 100 50 0 A = Beban ditahan selama minimum 1 jam dan sampai pergerakan keatas dari tiang < 0.25 mm per jam (max. 2 jam). 1 jam 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A A 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit A B = Beban ditahan selama min. 12 jam, bila setelah 12 jam pergerakan keatas dari tiang adalah > 0.25 mm per jam, maka beban ditahan selama 24 jam.
1 jam
1 jam
1 jam
1 jam


F. Prosedur pembacaan

1. Percobaan Pembebanan Vertikal
Pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 10 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
- Selanjutnya setiap 1/2 jam selama 10 jam.
- Selanjutnya setiap 1 jam.
- Pada pembebanan akhir (0% beban rencana), pembacaan dilakukan sebagai berikut :
- Setiap 1 jam selama 4 jam pertama
- Setiap 2 jam sesudahnya sampai 8 jam.
- Selanjutnya setiap 4 jam.

2. Percobaan Pembebanan Lateral
Pembebanan dilakukan sebagai berikut :
- Sebelum dan sesudah penambahan beban
- Sebelum dan sesudah penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada pembebanan 200% beban rencana, pembacaan dilakukan setiap 10 menit.

G. Laporan Percobaan Pembebanan

Laporan hasil percobaan dikirim kepada pengawas yang ditunjuk untuk persetujuan, terdiri dari :
1. Nama proyek dan lokasi
2. Laporan penyelidikan tanah dan catatan pelaksanaan pemancangan tiang percobaan
3. Sertifikat dari kalibrasi peralatan
4. Catatan pembebanan yang meliputi :
a. tanggal percobaan
b. waktu pembacaan
c. beban percobaan
d. pembacaan dial gauge, dll.
5. Grafik load-settlement
Grafik load-time
Grafik time-settlement
6. Kesimpulan dari hasil percobaan.

H. Kriteria kegagalan dari standar percobaan pembebanan pada tiang :

1. Untuk percobaan pembebanan vertikal pada tiang.
Kegagalan dari percobaan tiang dianggap telah terjadi apabila penurunan (settlement) yang terjadi waktu dibebani adalah lebih dari 25 mm, atau bila beban dihilangkan, penurunan permanent melampaui 6 mm.

2. Untuk percobaan pembebanan lateral pada tiang.
Pergerakan lateral maximum melampaui 10 mm pada percobaan pembebanan lateral.

3. Percobaan pembebanan tidak boleh diteruskan jika terjadi ketidak stabilan kentledge, kerusakan dari pile cap ataupun kerusakan lainnya yang dapat memberikan hasil yang tidak sebenarnya.


I. Kegagalan pada tiang terpakai.

Jika terjadi kerusakan atau/dan kegagalan pada tiang dalam percobaan pembebanan maka Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan tiang yang lain sesuai dengan petunjuk dari Perencana atas biaya Kontraktor.

Biaya dari percobaan pembebanan tambahan, penggantian atau penambahan tiang dan persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar fondasi yang disebabkannya akan dibebankan kepada Kontraktor.


3.4. PIT (The Pile Integrity Test)

Test Integrity tiang harus dilakukan dengan metoda sonic dengan memakai alat test Integrity untuk tiang.

A. Lingkup percobaan :

Percobaan-percobaan tiang :

1. Semua percobaan-percobaan pada tiang-tiang terpakai harus dilakukan dengan pile integrity test.

2. Untuk tiang-tiang yang disambung, setiap bagian tiang harus ditest sebelum penyambungan dan segera setelah satu bagian tiang dipancang juga setelah percobaan lateral dan tarik.

3. Apabila ada bagian (segmen) dari tiang yang didapati retak pada tahapan manapun dari percobaan diatas, bagian yang retak atau rusak harus diganti dengan yang utuh (masih baik) dan ditest ulang sesuai dengan A.2. di atas.


B. Perlengkapan test.

1. Percobaan integrity harus dilakukan dengan memakai perlengkapan untuk memperoleh data secara digital.

2. Pengkondisian signal dan pengadaan power harus mempunyai kemampuan yang sangat tinggi terhadap rasio kebisingan agar tidak mengganggu signal.

3. Data harus disimpan sedemikian sehingga proses lanjutan atau tambahan dengan analisa gelombang dapat dilakukan.

4. Data harus dapat dibaca ditempat/dilapangan setidaknya dapat diperoleh evaluasi mutu dari data pendahuluan.


C. Persiapan percobaan :

1. Percobaan integrity pada tiang manapun dapat dilakukan sedikitnya 7 (tujuh) hari setelah tiang dipancang.

2. Untuk penempatan dari perlengkapan untuk percobaan/testing pada kepala tiang, kepala tiang harus bersih, bebas dari air, beton yang terkelupas dan siap untuk keperluan percobaan.


D. Pelaksanaan percobaan dan interprestasi :

1. Pile Integrity testing harus dilaksanakan oleh perusahaan spesialis yang mengerjakan test demikian.

2. Percobaan sesungguhnya dilapangan harus dilakukan oleh Engineer (bukan teknisi) yang sudah berpengalaman untuk melakukan testing dengan sedikitnya 1 (satu) tahun pengalaman dalam percobaan dinamic dari tiang-tiang.

3. Interprestasi dari data-data harus dilakukan oleh Engineer yang berpengalaman dengan sedikitnya 2 (dua) tahun pengalaman dalam percobaan dynamic dari tiang.

4. Apabila penampilan ujung atau tiang meragukan, ujung tiang harus dipotong lebih jauh dan ditest ulang.

5. Detail-detail lengkap dari kondisi tanah, dimensi tiang dan metoda konstruksi harus diberikan kepada perusahaan spesialis bila disyaratkan untuk menginterprestasikan hasil percobaan.

E. Laporan :

1. Untuk setiap tiang yang ditest, laporan harus termasuk juga :
a. data dari waktu terhadap simpangan kecepatan rata-rata (average amplified velocity vs time record).
b. Kesimpulan dari keutuhan masing-masing tiang yang ditest.

2. Laporan ahir harus diserahkan kepada Engineer dalam waktu 10 hari setelah percobaan selesai.


F. Kriteria hasil test yang dapat diterima dan ditolak :

1. Dapat diterima atau ditolaknya tiang-tiang yang ditest harus didasarkan dari kesimpulan laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang melaksanakan P.I.T.

2. Apabila mayoritas dari tiang-tiang memberikan hasil yang meragukan, Engineer boleh, atas kebijaksanaannya, memerintahkan penggalian suatu tiang secara penuh untuk mencocokkan kriteria yang ditolak atau dapat diterima.


G. Tindakan usaha perbaikan.

1. Tiang-tiang yang ditolak harus dipindahkan.

2. Tiang-tiang yang meragukan dapat ditindak lanjuti dengan percobaan dynamic (P.D.A), percobaan pembebanan static (Static Load Testing) etc.


3.5. Pembersihan :

Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah, kelebihan beton, keluar dari lokasi atau proyek seperti ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk tanpa biaya tambahan.